Ada Quantum Leap Di George Town - Itinerary Penang 4H3M



Tahu film Quantum Leap? Itu, serial televisi yang tayang di akhir dekade 90an, menceritakan tentang tokoh utamanya yang menciptakan mesin waktu dan berpetualang ke masa lampau. Apakah di George Town, Penang, ada mesin waktu seperti yang dibuat Dr. Sam Becket? Ya nggak ada lah. Hahaha. Tapi berada di George Town bagi saya serasa naik mesin waktu dan terlempar ke masa lampau. Serasa jadi Dr. Sam Becket di film Quantum Leap :D

Setelah menempuh perjalanan 4 jam 15 menit naik ETS Train dari Kuala Lumpur, dilanjutkan  menyeberang dari Butterworth dengan kapal feri selama 15 menit, sampailah kami di George Town, ibukota negara bagian Pulau Pinang atau Penang.

Menumpang mobil GrabCar bertarif RM 6 dari terminal Jeti, supir taksi daring yang ramah itu menurunkan kami di depan Armenian Street Heritage Hotel, tempat tinggal kami untuk tiga hari ke depan. Karena kami tiba di Gorge Town sore hari, maka setelah beres proses check in, kami pun pergi keluar untuk mencari makan malam.

Menyusuri jalanan George Town di kala senja membuat saya terpana. Entah karena mataharinya terlihat indah meninggalkan jejak sinar keemasan di deretan dinding bangunan tua di hadapan saya, atau karena saya belum pernah melihat pemandangan satu kota yang isinya sebagian besar adalah gedung-gedung tua antik yang cantik seperti di sini. Memandang berkeliling, rasanya seperti dibawa ke masa berabad-abad silam. Ibukota Penang yang dikukuhkan UNESCO sebagai World Heritage City pada 7 Juli 2008 ini memang sangatlah cantik.

Deretan gedung tua berlantai dua yang memenuhi George Town

Itinerary Penang 4H3M

Ketika menyusun rencana perjalanan kami ke Penang, saya dan Si PakSu masing-masing sudah punya tempat incaran yang ingin didatangi. Saya sangat bersemangat ingin berburu mural alias street art yang tersebar di sepanjang jalan-jalan di Penang, sementara yang diincar Si PakSu ya nggak jauh-jauh lah dari urusan perut, alias wisata kuliner. Haha. Kalau Si Bocah? Anak itu minatnya belum jauh dari mencoba aneka moda transportasi, apalagi yang tidak ada di Jogja.

Kebanyakan orang datang ke Penang karena alasan berwisata dan berobat. Alhamdulillah tujuan kami adalah yang pertama. Murni karena mau wisata saja. Berburu mural dan wisata kuliner, itu dua wisata populer yang dilakukan orang selama di Penang. Iya, tujuan wisata kami memang mainstream ya, tapi siapa peduli, toh kami sangat menikmati perjalanan kali ini. Dan wisata kuliner di Penang itu benar-benar memanjakan lidah dan perut. Banyak makanan enak dengan harga terjangkau yang bisa dinikmati. Pulang dari Penang berat badan kami sampai naik 3 kg. Padahal selama di sana kami banyak berjalan kaki lho :D



Dan berikut ini adalah itinerary singkat perjalanan kami di Penang selama 4 hari 3 malam :

Hari 1 :
Karena kami datang di Penang sudah sore, maka agenda kami hari ini hanya makan malam saja. Pilhan resto untuk makan malam kali ini adalah Sup Hameed, yang berjarak sekitar 800 meter dari hotel tempat kami menginap. Pulang pergi dengan berjalan kaki, eh kami malah dapat "bonus" ketemu dengan beberapa mural di sepanjang jalan yang kami lalui. Saya bilang bonus karena sebenarnya acara berburu mural akan kami mulai besok paginya :D Di perjalanan pulang menuju hotel, kami menyempatkan mampir di Masjid Kapitan untuk shalat.

Hari 2 :
- Berburu mural/street art.
- Penang City Hall.
- Clan Jetties of Penang
- Wisata kuliner : Bee Hwa Cafe, Kareem Pasembur Rojak, Restoran Hameediyah, icip-icip durian.

Hari 3 :
- Bukit Bendera (Penang Hill).
- Wonderfood Museum.
- Wisata kuliner : Restoran Kapitan, Teo Chew Cendul, cucur udang Pasar Chowrasta, Nasi Kandar Deen Maju.
- Beli oleh-oleh di My Din dan Pasar Chowrasta.

Hari 4 :
Di hari terakhir ini agenda kami hanyalah mencari sarapan lalu kemudian bersiap-siap menuju bandara. Sarapan di hari terakhir ini kami ingin mengulang restoran yang sudah kami kunjungi, yaitu Bee Hwa Cafe. Soalnya Mee Udang, Curry Mee, dan Char Koay Teow-nya bikin kami menelan ludah kala ingat rasanya. Kiranya satu kunjungan lagi sebelum pulang dapat lebih memperkuat ingatan kami akan  keunikan cita rasa kuliner di tempat ini.

Berangkat ke Bee Hwa Cafe dengan berjalan kaki, saya menemukan sebuah toko yang menjual kue-kue jajan pasar. Di plang nama tokonya tertera logo halal JAKIM (MUI-nya Malaysia), membuat saya ingin sekali mencoba kue-kue yang dijual di toko ini. Namun karena masih pagi, tokonya masih tutup. Pikir saya, nanti saat pulang menuju hotel kembali, bisa deh mampir ke situ. Saat itu mungkin tokonya sudah buka, pikir saya lagi. Namun rencana tinggal rencana, karena ketika kami selesai sarapan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya hingga kami terpaksa memesan taksi daring agar bisa kembali ke hotel dan tidak jadi mampir ke toko kue tadi karena tidak mau basah kehujanan sewaktu naik-turun mobil.

Pose lucu-lucuan di depan gedung tua yang lokasinya di seberang hotel tempat kami menginap :D

Sampai di hotel, setelah menyelesaikan proses check out, saya lalu memesan taksi daring untuk mengantar kami ke bandara. Supir taksi kali ini adalah seorang bapak paruh baya berkebangsaan India. Orangnya ramah dan cerewet. Ada saja cerita yang ia sampaikan di sepanjang perjalanan kami menuju bandara.

Saat tahu kalau penerbangan kami di sore hari sementara saat kami keluar hotel waktu belum lagi melewati tengah hari, ia menawarkan untuk mengantar ke tempat yang banyak dikunjungi wisatawan untuk membeli coklat (dengan bahasa Melayu campur Inggris dan logat Indianya yang kental, saya tidak dapat menangkap dengan baik informasi nama tempat yang disebutkannya itu). "No extra charge," ujarnya dengan ramah. Baik sekali ya, namun tawarannya kami tolak dengan halus. Selain karena sudah terlalu malas untuk mengatur ulang barang bawaan, kami berencana hendak menghabiskan waktu di bandara saja. Setelah makan siang mungkin masih banyak waktu untuk ngopi-ngopi cantik di cafe yang ada di bandara sambil menunggu waktunya boarding.

Namun ternyata, spare waktu 4 jam sejak kami datang hingga boarding, tidak menyisakan waktu yang cukup untuk bisa ngopi-ngopi cantik :D Bandara Penang hari itu sibuk sekali, padahal juga bukan akhir pekan. Jadi setelah kami menghabiskan makan siang di sebuah restoran cepat saji, kami memutuskan untuk memasukkan dulu koper-koper kami ke konter luggage drop. Terlihat antrian cukup panjang di depan konter dan saat kami selesai dengan urusan bagasi tercatat, antrian sudah mengular demikian panjangnya. Ada untungnya juga kami datang lebih cepat ke bandara, jadi urusan sebelum terbang bisa lebih cepat selesai tanpa perlu mengantri lebih lama.

Di ruang tunggu Penang International Airport saya memperhatikan sekeliling. Banyak calon penumpang yang menggunakan kursi roda. Umumnya mereka sudah berusia lanjut. Penang memang banyak menjadi rujukan untuk pengobatan maupun medical check up. Seorang ibu yang berdiri di dekat saya bercerita, dia sudah cukup sering bolak-balik Surabaya-Penang karena sedang dalam pengobatan penyakit kanker. Saya termenung sesaat, teriring doa saya dalam hati semoga Tuhan menyembuhkan ibu ini dari penyakitnya.

Tak lama terdengar panggilan untuk segera naik ke pesawat bagi penumpang Air Asia tujuan Surabaya. Selamat tinggal, Penang. Terima kasih atas pengalaman kembali ke masa lampaunya, terima kasih atas petualangan icip-icip yang sungguh memuaskan lidah dan perut. Semoga kita bisa berjumpa lagi di masa datang, karena saya belum coba laksanya! :D


- arry -

You Might Also Like

0 komentar

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.