Embung Tambakboyo Yogyakarta : Pilih Bakar Kalori Atau Icip-Icip Jajanan?


Sekitar tahun 2014 ketika awal-awal kami pindah ke rumah yang sekarang, Embung Tambakboyo masih sangat sepi. Embung ini dekat jaraknya dengan rumah kami, tak lebih dari 300 meter. "Koprol 3 kali juga nyampe!", gurau saya kalau ada teman yang bertanya dekatkah jarak embung tersebut dari rumah saya. Memang banyak teman yang bertanya karena saya cukup sering mengunggah foto Embung Tambakboyo di akun media sosial saya. Pikir mereka, kok bolak-balik ke situ, apa memang dekat. Ya memang sedekat itu sih :D

Saya dan Si PakSu paling sering ke embung ini untuk olahraga. Jalan cepat menyusuri jalur paving blok yang mengelilingi embung, sudah cukup membuat kami berkeringat. Di tahun-tahun awal dulu, orang-orang yang datang ke Embung Tambakboyo hanya untuk berolahraga, dan jumlahnya sedikit sekali. Makin ke sini, karena makin banyak orang yang mengunggah foto-foto Embung Tambakboyo di media sosial, jadi makin ramai orang berdatangan ke tempat ini.

Ngomong-ngomong, ada yang belum tahu 'embung' itu apa? Embung dalam Bahasa Jawa artinya adalah cekungan tempat menampung air hujan yang digunakan untuk irigasi dan sumber air bersih pada musim kemarau. Jadi semacam danau buatan atau waduk, yang ukurannya tidak terlalu besar. Embung Tambakboyo ini berlokasi di Jogja bagian utara, tepatnya di Kelurahan Condongcatur. Embung Tambakboyo merupakan salah satu dari sekian banyak embung yang ada di Jogja. Dari berbagai kota yang pernah saya tinggali (Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya), rasanya cuma Jogja yang punya embung dengan jumlah cukup banyak.

Embung yang diresmikan tahun 2008 ini memiliki luas 7.8 hektar dan mampu menampung air sebanyak 400.000 meter kubik. Embung ini selain berfungsi sebagai reservoir air, juga menjadi ruang terbuka hijau yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Lalu, aktivitas apa saja yang bisa kita lakukan di Embung Tambakboyo?

Berolahraga

Di sekeliling embung ini terdapat jalan yang diberi paving blok, jadi seperti jogging track. Maka banyak orang yang memanfaatkannya untuk joging, atau berjalan-jalan di sepanjang jalur paving blok. Selain itu juga banyak orang yang datang ke Embung Tambakboyo untuk bersepeda. Namun dengan panjang keliling kurang lebih 1.5 km dan jalur track yang datar, bersepeda di sini kurang mendatangkan keringat. Saya pernah bersepeda di sini 10 keliling, cuma berkeringat sedikit. Sungguh berbeda ketika mengelilingi embung dengan berjalan cepat. Cukup 2-3 keliling, keringat sudah bercucuran.

Orang-orang berdatangan untuk berolahraga di pagi atau sore hari. Pagi sekitar pukul 07.00 dan sore mulai pukul 15.00 embung ini mulai banyak didatangi orang. Sabtu dan Minggu adalah waktu paling ramai kunjungan orang. Dulu, di Minggu pagi pukul 07.00 diselenggarakan senam aerobik di tempat ini. Tapi entah kenapa kegiatan ini tidak dilanjutkan.

Selain jenis olahraga yang disebutkan di atas, di sini juga ada istal dan lapangan untuk latihan berkuda milik D'Paragon Horse Riding Club. Di DHRC menerima les berkuda dan penitipan kuda. Tidak seperti area Embung Tambakboyo yang bisa digunakan gratis, kita harus membayar sejumlah tertentu untuk latihan berkuda di lapangan milik DHRC ini. Untuk biaya les berkuda, tarifnya mulai Rp.600.000/bulan.

Memancing

Di embung ini juga banyak ikannya, sehingga banyak warga yang memancing ikan di sini. Tahun 2018 lalu malah sampai ada kompetisi memancing yang diselenggarakan kerabat keraton Yogyakarta dan diikuti lebih dari seratusan peserta. Meriah sekali.

Ikan di embung ini memang cukup banyak. Pagi-pagi saat joging, saya sering melihat ikan-ikan kecil muncul ke permukaan. Namun sepertinya ikan-ikan ini tidak mudah untuk dipancing. Si PakSu belum pernah sekalipun dapat ikan di embung ini. Segala macam umpan untuk ikan air tawar sudah dicobanya, tapi belum pernah sekalipun dia pulang sambil bawa ikan hasil pancingan. Ikannya jual mahal sih. Hahaha.

Di pagi dan sore hari di embung ini hampir selalu ada orang yang memancing. Ikan yang paling sering didapat, kalau saya perhatikan, adalah ikan nila dan gabus. Mungkin ada juga jenis-jenis ikan lainnya, tapi paling sering yang saya lihat adalah dua jenis ikan tersebut. Beberapa waktu lalu di embung ini banyak dipasang spanduk peringatan aturan bahwa memancing di sini adalah untuk tujuan hobi, jadi dilarang untuk menggunakan alat pancing renteng (nyekrik), jala/jaring, senapan/ketapel, bahan kimia/racun ikan, dan juga tidak diperbolehkan menggunakan alat setrum. Bagi mereka yang melanggar maka akan diberikan sanksi berupa kewajiban menebar benih ikan sebanyak 25 kg. Saya pikir ini cukup adil sih, karena saya pernah melihat ada orang yang menjual ikan pancingannya di dekat tempat dia memancing dan ada banyak sekali ikan di dalam karung yang dia bawa. Cuma modal bayar parkir motor Rp.2.000, enak banget dia bisa jualan ikan hingga puluhan ribu rupiah. Giliran pemancing hobi yang ingin memancing, ikan yang tersedia di embung sudah berkurang banyak. Kalau kondisi ini dibiarkan, lama-lama bukan tidak mungkin kalau ikan di embung ini habis karena eksploitasi. Makanya saya setuju dengan peraturan memancing yang melarang penggunaan alat-alat pancing selain joran dengan kail tunggal.

Jajan

Di tempat-tempat yang ramai didatangi orang, hampir bisa dipastikan di situ juga ada penjual makanan ya, termasuk di Embung Tambakboyo ini. Banyak penjual makanan yang berdatangan ke tempat ini menggunakan gerobak, sepeda, maupun motor. Aneka makanan yang dijual para pedagang ini seperti cilok, sempol ayam, rujak, bakwan kawi, kacang rebus, siomay, dll. Kalau saya di sini suka jajan cilok, bakwan kawi, atau rujak.


Kalau kamu berencana ke Tambakboyo untuk jajan, datanglah di sore hari, karena para pedagang ini seringnya datang di sore hari terutama di akhir pekan. Selain pedagang keliling, beberapa warga sekitar membuka warung di sini. Mereka berjualan aneka minuman dan gorengan. Di sisi utara embung ada warung burjo (di Jogja dikenal juga dengan nama warmindo = warung makan indomi) berlabel angkringan, Menu yang dijualnya serupa dengan menu-menu di burjo, dan namanya menggunakan kata 'angkringan'.


Hunting Foto

Untuk pehobi fotografi, pasti suka mengabadikan sunrise dan sunset di Embung Tambakboyo. Ketika matahari sudah naik tinggi di langit pun, tetap ada hal indah yang bisa diabadikan di sini. Saya lebih sering memotret sunrise di sini dibanding sunset-nya. Bukan apa-apa, soalnya saya sering ke sini jam 5 pagi sekalian olahraga. Buat kamu yang mau hunting sunrise, datanglah sebelum pukul 5.30. Karena di jam itu matahari mulai terlihat bagus untuk dipotret.




Aktivitas Lain

Kurangnya taman-taman kota di Jogja membuat lahan terbuka hijau seperti Embung Tambakboyo ini menjadi tempat favorit untuk dikunjungi masyarakat yang ingin bersantai menikmati pemandangan alam. Banyak orang datang ke embung ini bersama pasangan maupun keluarga, sambil jajan tentunya :D Umumnya mereka yang kemari untuk menikmati pemandangan datang di sore hari.

Meskipun jarang, ada juga yang suka ke Embung Tambakboyo untuk membaca, seperti ibu di foto berikut ini. Ibu ini datang ke sini dengan bersepeda. Setelah mengantar anaknya yang bersekolah di SD Kanisius yang lokasinya dekat dengan embung, ia kemudian pergi ke pinggir embung dan menghabiskan waktu dengan membaca. Cukup sering saya bertemu ibu ini ketika sedang membaca buku seperti ini.


Selain berbagai aktivitas di atas, saya cukup sering melihat orang berkumpul di Embung Tambakboyo bersama komunitasnya. Ada sekelompok orang berlatih yoga, ada juga yang latihan senam pernapasan, dan sekumpulan lainnya datang ke embung ini sambil membawa hewan peliharaannya.

Untuk mereka yang berasal dari luar kota, di sekitar Embung Tambakboyo terdapat beberapa penginapan yang harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp.200.000. Guest House Omahe Winahyu, Seven Trumpets, D'Paragon, dan Omahe Dav, bisa dipilih jika kamu ingin menginap di lokasi yang dekat dengan Embung Tambakboyo. Dua guest house yang disebutkan di awal, itu pemandangannya langsung ke arah embung karena lokasinya persis di pinggir embung. Kalau hotel, memang tidak ada yang walking distance sih dari Embung Tambakboyo. Kalau dirasa tidur di hotel adalah pilihan terbaik, Hotel Innside by Melia yang jaraknya kurang dari 2 km dari Embung Tambakboyo bisa dijadikan alternatif tempat menginap yang oke. Atau yang agak ke tengah kota tapi tidak terlalu jauh  dari lokasi embung ini, ada Hotel Grand Ambarrukmo dan Hotel Grand Aston yang lokasinya berada di radius 5-6 km.

Dari berbagai aktivitas yang biasa dilakukan orang di Embung Tambakboyo, mana yang menarik buat kamu? Akhir pekan besok, jangan lupa main ke Embung Tambakboyo ya, siapa tahu kita bisa ketemu :D


- arry -



Embung Tambakboyo
Condongcatur, Depok, Sleman
Tarif parkir : motor Rp.2000, mobil Rp.3000


You Might Also Like

2 komentar

  1. Lumayan ya, ada tempat semacam embung ini di dekat rumah. Serba guna pula.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, bisa buat tempat piknik gratis. Tinggal jalan kaki. Hehe

      Hapus

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.