Dua Kuliner Legendaris Jalan Gempol Bandung


Jl.Gempol, Bandung, sudah sejak lama dikenal sebagai tempat kulineran. Aneka macam kuliner dijual di sini, dan beberapa di antaranya adalah kuliner tradisional. Roti Gempol dan Kupat Tahu Gempol adalah dua kuliner yang cukup legendaris di Jl. Gempol ini.

Di mulut Jl. Gempol terlihat ada sebuah gapura melengkung dan di seberangnya ada Taman Gempol, sebuah taman kecil yang adem karena banyak pohon-pohon besar di sekitarnya. Di pinggir taman terpasang papan berisi foto-foto walikota Bandung pertama hingga pejabat saat ini, sementara di dekat gapura dipasang foto-foto pahlawan Jawa Barat. 




Kaki saya melangkah melewati gapura lalu masuk ke Jl. Gempol. Sampai di pertigaan, saya menengok ke kiri dan terlihat ada banyak orang berkerumun di warung penjual kupat tahu. Yang saya tahu, kupat tahu ini juga terkenal. Saya melanjutkan langkah, masuk ke area Pasar Gempol menuju toko Roti Gempol. Ini sebenarnya jalan memotong. Kalau tidak mau masuk ke dalam pasar, maka harus lewat jalan yang memutari area pasar. Tujuan saya hari itu adalah ke Roti Gempol saja. Meski Kupat Tahu Gempol juga masuk dalam daftar wajib kunjung, tapi mengingat kapasitas lambung saya yang pasti tidak akan muat kalau harus makan roti dan kupat tahu sekaligus, maka saya memutuskan untuk datang lagi saja di hari lain untuk menikmati kupat tahunya. Kenapa tidak dibungkus saja salah satu? Saya ini pengikut aliran 'makan di tempat', buat saya mencicip kuliner paling afdol adalah di tempat makanan tersebut dibuat :D Lagipula liburan kali ini kami memang mengalokasikan waktu cukup lama di Bandung. Jadi rasanya masih banyak waktu untuk kembali lagi ke sini sebelum kami pulang ke Jogja.


ROTI GEMPOL

Tampilan toko roti ini terbilang sederhana dan tidak mencolok. Tanpa plang nama, hanya ada tulisan 'Roti Gempol' yang sederhana sebagai penandanya. Harum aroma roti yang sedang dibakar kiranya jadi petunjuk pasti keberadaan toko roti ini. Menempati sebuah bangunan rumah yang sudah terlihat tua, bagian dalam toko roti ini pun menyuguhkan tampilan lawasan. Saat masuk ke dalamnya terlihat etalase kaca dengan rangka kayu yang terlihat tua, serta meja dan kursi untuk duduk pengunjung yang juga tak kalah tuanya. Di pojokan saya melihat tumpukan kursi-kursi plastik. Karena area duduk untuk pengunjung tidaklah luas dan jumlah kursinya juga sedikit, maka seringkali kursi plastik tersebut digunakan sebagai kursi tambahan dan juga digunakan untuk duduk menikmati roti bakar di bagian luar toko.

Tampak depan Toko Roti Gempol

Etalase jadul, dan tumpukan kursi plastik di pojok kiri.

Berdiri sejak tahun 50an, toko roti ini dengan segala kelawasannya mampu bertahan di tengah gempuran inovasi kuliner di kota Bandung yang menurut pengamatan saya 'nggak ada matinya'. Toko roti ini buka jam 7 pagi, dan jam 7.30 ketika saya datang, sudah banyak driver ojek online yang mengantri pesanan. Menu roti yang tersedia di sini adalah roti bakar dengan aneka isian, bisa pilih manis atau asin. Untuk yang manis ada pilihan coklat, susu, kacang, dan selai. Sedangkan yang asin bisa pilih isi daging, telur, atau keju. Mau dicampur-campur rasanya juga bisa. Untuk besaran porsinya ada dua macam, bisa pilih porsi individu atau ririungan (dalam bahasa Sunda artinya bersama-sama). Karena waktu itu kami datang berlima, jadi kami pilih dua porsi roti putih ririungan, satu manis dan satunya lagi yang asin.


Untuk roti bakar ada dua pilihan roti, yaitu roti putih dan roti gandum. Kalau berminat membeli roti tawarnya saja untuk dinikmati di rumah, itu malah lebih banyak pilihannya, ada roti biasa, spesial, super, gandum, dan gandum havermut. Untuk roti biasa, spesial, dan super, itu sama-sama roti putih, tapi yang beda adalah banyaknya susu yang digunakan. Yang super itu susunya paling banyak. Untuk gandum dan gandum havermut terkadang kalau masih pagi belum siap stoknya. Amannya datang siang hari saja jika berniat membeli kedua jenis roti tawar ini. Peminat roti tawar ini rupanya cukup banyak juga, bahkan ada seorang pengunjung yang waktu itu memesan hingga 6 buah. Oh ya, karena roti-roti ini dibuat tanpa pengawet, maka tanggal kadaluarsanya juga tidak panjang. Hanya 3 hari saja setelah roti dibuat.


Karena jualannya adalah roti bakar, awalnya saya kira roti yang digunakan di sini adalah roti pabrikan seperti yang banyak dijual di toko atau supermarket. Tapi ternyata saya salah. Saat iseng melihat-lihat ke sekitar, saya mendapati dapur produksi rotinya ternyata ada di samping toko.

Dapur produksi roti yang berada di samping toko


Meski pengunjung ramai, namun pelayanannya cukup cepat juga. Tukang roti memanggil nama pemesan saat pesanannya siap. Roti hangat yang baru diangkat dari panggangan pun terhidang di meja kami. Harum aromanya begitu menggugah selera. Roti homemade ini empuk dan tebal, saat digigit gurih susunya begitu terasa. Ah, tak heran kalau roti ini begitu terkenal dan legendaris. Rasanya memang juara! Yang agak disayangkan, menu kopi yang tersedia di sini adalah kopi sachet. Tadinya saya berharap bisa menikmati rotinya bersama kopi tubruk, tapi ternyata tidak ada. Menurut adik ipar saya, dulunya di sini memang menyediakan kopi tubruk, tapi entah kenapa belakangan ini tidak ada lagi. Plang nama si kopi pun sekarang sudah dicopot dari tempatnya.

Roti porsi ririungan

Adik ipar saya bercerita kalau mie yamin di sini juga enak. Duh, saya tergiur mencicipinya, tapi perut sudah kenyang terisi roti bakar.

"Beneran nggak mau nyobain yaminnya? Enak banget lho!"

Lagi-lagi karena alasan saya penganut aliran 'makan di tempat', saya keukeuh tidak mau beli bungkus si yamin :D Pokoknya sebelum pulang ke Jogja saya harus ke sini lagi untuk nyicip yaminnya. Di Jogja saya belum nemu yamin yang seenak di Bandung. Padahal kalau di Bandung, ada banyak tempat untuk menikmati yamin enak.

Beberapa hari kemudian saya kembali ke sini dan mencicip si yamin. Wah, adik ipar saya ternyata benar, mie yamin di sini rasanya benar-benar mantap. Kenyal mienya pas, perpaduan bumbunya menghasilkan rasa gurih dan manis yang seimbang, dan bakso dagingnya juga enak. Tak perlu waktu lama untuk menghabiskan semangkuk mie yamin manis pesanan saya. Maklum, gabungan antara lapar dan enak. Haha. Oh ya, saya tidak tahu berapa lama biasanya mereka butuh waktu untuk menyiapkan menu yamin, tapi waktu itu pesanan saya agak lama datangnya.

Mie yamin bakso


KUPAT TAHU GEMPOL

Sesuai rencana, di hari yang lain saya dan si PakSu kembali ke Jl. Gempol untuk mencicip Kupat Tahu Gempol. Saya tidak ingat persis, tapi sepertinya saya sudah pernah makan kupat tahu ini, tapi tidak makan di tempat. Mungkin dulu, ketika keluarga kami masih tinggal di Bandung, ibu saya pernah membelikannya untuk saya. Seingat saya, belum pernah sekali pun saya masuk ke Jl. Gempol ini, padahal saya pernah tinggal bertahun-tahun di Bandung. Saat sudah jadi warga Jogja malah baru sempat mendatangi tempat ini. Biasanya begitu kan, kalau statusnya turis malah suka jadi ingin tahu ini itu, termasuk icip-icip kuliner setempat.


Saat kami tiba di warung kupat tahu ini, tak terlihat kerumunan orang seperti yang saya lihat beberapa hari sebelumnya. Mungkin karena hari itu adalah hari pencoblosan Pilkada Jabar, jadi banyak orang tidak keluar rumah. Kami segera duduk dan memesan 2 porsi kupat tahu. Tak perlu menunggu lama, pesanan kami pun datang.


Tampilannya sama seperti kupat tahu Singaparna (Tasikmalaya) pada umumnya. Ada potongan kupat, tahu goreng, tauge rebus, dan kerupuk, yang disiram kuah bumbu kacang yang kental dan juga kecap manis. Suapan pertama berisi kupat disusul dengan potongan tahu goreng yang hmmm.....empuk banget. Kalau yang sudah pernah mencicip tahu Bandung, pasti tahu tekstur empuk dan rasa enaknya seperti apa. Sampai saat ini saya belum pernah menemukan rasa tahu yang seenak tahu Bandung. Entah itu tahu tanpa merek yang dijual di tukang sayur keliling atau tahu bermerek terkenal berinisial Y (bisa nebak kan namanya? Yang blank, boleh deh nanya di kolom komentar. Hahaha), tahu Bandung itu semuanya enak. Konon, katanya karena kandungan air yang digunakan untuk membuat tahunya yang membuat rasanya berbeda dengan tahu yang diproduksi di daerah lain.


Warung kupat tahu yang katanya memulai usahanya sejak tahun 60an ini buka sejak pukul 6 pagi dan sebelum tengah hari sudah tutup. Tepat di samping warung ada gerobak tukang gorengan dan beberapa langkah dari situ ada penjual kembang tahu. Pengunjung bisa memesan ketiga makanan ini tanpa perlu berpindah tempat.

(Baca juga : Diari Jajanan Bandung Di Penghujung Tahun)



Ketika berbicara tentang makanan, menurut saya kelezatan rasa tetap jadi pertimbangan nomor satu. Dua kuliner legendaris di Jl. Gempol ini adalah buktinya. Konsisten menjaga kelezatan rasa selama puluhan tahun, walau tampilannya sederhana dan tanpa spot yang instagrammable, hampir setiap hari terlihat kerumunan pengunjung di tempat ini. Tampilan cantik di media sosial akhirnya tak lagi jadi pilihan orang saat lidah dimanjakan kelezatan rasa makanannya.

Jadi, saat kamu sedang di Bandung dan mencari tempat sarapan yang enak dan legendaris, boleh lah mampir ke Jl. Gempol untuk menikmati roti atau kupat tahunya.


- arry -



Roti Gempol
Jam buka : 07.00 - 21.00
Harga :
- Roti bakar mulai dari Rp.9.000 (porsi perseorangan), Rp.30.000 (porsi ririungan).
- Mie yamin bakso Rp.23.000
- Minuman mulai dari Rp.2.000

Kupat Tahu Gempol
Jam buka : 06.00 - 10.00 WIB
Harga : Rp.17.000

Google Maps

You Might Also Like

39 komentar

  1. waduh malah aku baru tahu nih, padahal ada rumah saudara di sana dan sering ke sana, kok gak bisa tahu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti kalau berkunjung ke rumah saudaranya lagi, mbaknya wajib ke sini ya. Hihi

      Hapus
  2. Rotinya mirip roti nogat di bsd kl dari penampilan, duhhh kapan-kapan ke bandung musti mampir neh ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus coba mbak, rotinya. Kalau mau agak sepi, datengnya siang. Eh tapi roti enaknya buat sarapan sih ya. Haha

      Hapus
  3. Balasan
    1. Percayalah mbak, ini yamin uenaaakkk bingits. Sayangnya di Jogja kagak ada. Huhuhu

      Hapus
  4. Duuh.. Bikin ngiler nih makanannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib dicoba mbak, kalau lagi di Bandung. Hehe.

      Hapus
  5. Sebagai penggemar roti-rotian saya langsung ngiler lihat roti gempolnya, kayanya enaaaak. Ebetewe Jenang Gempol ada hubungannya dnegan Jalan gempol ini nggak ya? hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya emang ini enaaakkk banget. Hihi....kau gak tau jenang gempol kayak apa mbak :D

      Hapus
    2. Aduh typo....kebalik2 hurufnya, mau ngetik 'aku' malah keketik 'kau' :))))

      Hapus
  6. Ini mie yamin baksonyaa kok bikin kemecer bnget sehhh mbakkk aaaa aku kangen bandunggg

    BalasHapus
  7. laperrrrrrrrrr pokoknya. Mana kalau dimakan hangat-hangat pas gerimis gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini mbahas yamin kan ya? Hihi.....itu yamin endeuusss pokoknya mah

      Hapus
  8. Mau mie yaminnya ituu.. entah aku yg kuper atau memang di jogja gak ada yamin yg mirip2 yamin bandung. Padahal waktu di Bekasi sering banget makan yamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaa.....aku juga belum nemu yamin di jogja. Adanya yammie, tapi ya beda banget sama yaminnya Bandung :D

      Hapus
  9. Kupat tahu ini banyak ditemui diberbagai daerah tapi versinya agak beda.
    Kalau di kampungku kuah kupat tahu itu air gula merah yang dikasih bumbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sama nama tapi isinya bisa beda. Kalo di bandung bumbunya pake bumbu kacang begitu.

      Hapus
  10. Makasih Mak Ari, wah jadi punya referensi kalau ke Bandung nih. Haturnuhun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami2, mbak aya. Cuuussss liburan + kulineran di bandung mbak

      Hapus
  11. Mbak Arry makasih ya infonya, besok pertengahan Nov aku mau ke Bandung nih. Moga bisa mampir sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sempetin mampir, mak irul. Gak rugi deh icip2 dua kuliner legendaris ini. Hihi....macam marketingnya jalan gempol aja ya daku. Hahahaha

      Hapus
  12. duh udah lama banget gak ke bandung, besok kalo ke bandung aku pasti mampirin satu satu rekomendasi mbak hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuuussss pesen tiket mbak, halan-halan + kulineran di bandung mah gak ada bosennya :D

      Hapus
  13. Ternyata di Bandung juga ada kupat tahu, baru tau. Tapi beda banget kayaknya ya mb sama kupat tahu Magelang atau Solo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya yg dijual di bandung itu kebanyakan kupat tahu ala singaparna (tasikmalaya) mbak, jadi bukan makanan asli bandung. Iyes, beda banget dengan kupat tahu magelang. Kalo kupat tahu solo aku belum pernh nyoba mbak, jadi gak tau.

      Hapus
  14. Wah salah ini jam blogwalking jam 11 malem, disaat antara lapar dan ngantuk berbaur 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trus pagi2 berasa kenyang, eh ternyata bantal tinggal separo. Hahaha

      Hapus
  15. ya salam aku baca artikel beginian pas pagi2 jadi laper kaannn... seru juga ya berburu kuliner otentik kayak gini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya maklum, kan kami doyan mamam mbak, jadi kemana2 yg dicari duluan itu kulinernya. Qiqiqi

      Hapus
  16. Pagi-pagi gini baca review makanan, laper oy!

    BalasHapus
  17. Kalo jalan2 ke Bandung, pengen ke sini juga deh rasanya

    BalasHapus
  18. Masukin wish list ah, semoga pas ke Bandung bisa nyicip roti atau kupat tahu Gempol ini, at least bisa via go food.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terdebest kalo makan langsung di tempat mbak, masih anget :D

      Hapus
  19. Mbaaaa, tulis yg banyak yaaa ttg Bandung. Kalau aku ke Bandung, bakalan jadi referensi.
    Laaaikkkk artikel ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat wisata di Bandung yg kutulis banyakan utk bocah, manda. Ntar gak cocok buat couple traveler. Hehe

      Hapus

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.