Social Trip Dompet Dhuafa, Bersinergi Membentang Kebaikan

Peserta Care Visit Dompet Dhuafa ke Batik Berkah Lestari

Pada 22-23 Januari 2018 yang lalu Dompet Dhuafa mengadakan acara social trip dengan mengundang para jurnalis dan blogger di Jogja. Di hari pertama, acara berupa sharing session bersama Bambang Suherman, Resources & Mobilization Director Dompet Dhuafa, bertempat di Lokal Resto Gejayan. Di acara ini Mas Bambang memaparkan tentang awal mula Dompet Dhuafa masuk ke Jogja dan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan Dompet Dhuafa bersama masyarakat Jogja.

AKTIVITAS DOMPET DHUAFA DI JOGJA

Perkenalan Dompet Dhuafa dengan Jogja diawali dari kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Dompet Dhuafa ketika Jogja terkena bencana alam. Pertama kali Dompet Dhuafa masuk ke Jogja yaitu saat Jogja digoyang gempa pada tahun 2006. Lalu berikutnya saat terjadi erupsi Merapi di tahun 2010, Dompet Dhuafa kembali hadir di Jogja menyalurkan bantuan kemanusiaan dan kemudian membantu masyarakat untuk bangkit pasca bencana. Yang unik, menurut Mas Bambang, masyarakat Jogja saat menjadi korban gempa bumi di tahun 2006 ternyata tidak serta merta menjadi masyarakat yang pasif hanya menunggu bantuan datang, melainkan mereka secara mandiri bergotong-royong dan saling membantu sesama warga yang membutuhkan. Semangat ini direspon Dompet Dhuafa dengan membantu masyarakat mendirikan sekolah darurat agar anak-anak korban gempa ini tetap bisa bersekolah dan beraktivitas seperti saat belum terjadi bencana. Kondisi psikologis masyarakat yang penuh semangat juang untuk bangkit ini menurut Dompet Dhuafa merupakan hal yang perlu dipertahankan. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan kondisi senormal mungkin seperti sebelum terjadi bencana alam. Pasca gempa 2006 ini Dompet Dhuafa menyalurkan bantuan renovasi sebuah SD di Bantul. Tidak hanya itu, Dompet Dhuafa juga melakukan pendampingan pelatihan untuk peningkatan kualitas guru di SD tersebut. Dua tahun setelah itu, SD tersebut menjadi salah satu sekolah percontohan di DIY.

Bambang Suherman, Resources & Mobilization Director Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa kembali bersentuhan dengan masyarakat Jogja saat terjadi bencana erupsi Merapi di tahun 2010. Pasca erupsi, saat tim Dompet Dhuafa melakukan upaya pembersihan di lereng Merapi, mereka menemukan banyak bangkai sapi. Ya, selain kehilangan harta benda dan tempat tinggal, banyak warga juga kehilangan hewan ternaknya. Melihat kondisi ini Dompet Dhuafa menyalurkan bantuan berupa pengadaan sapi berikut pendampingan untuk pengelolaannya, serta mendirikan Rumah Susu. Masyarakat lereng Merapi yang tadinya beternak sapi pedaging, dengan pendampingan dari Dompet Dhuafa beralih menjadi peternak sapi perah, karena hasil produksi sapi perah dinilai memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Perlahan kualitas susu produksi para peternak ini meningkat. Saat ini Rumah Susu sudah mampu menjadi salah satu pemasok bahan baku untuk pabrik Nestle.

Selain Rumah Susu, Dompet Dhuafa juga melakukan pendampingan dan pembinaan di banyak kelompok usaha di Jogja, diantaranya adalah usaha produksi gula aren di Kulon Progo, pengrajin payung kertas di dekat perbatasan Jogja-Klaten, pengrajin batik tulis di Bantul, dsb. Kelompok batik tulis Berkah Lestari di Imogiri, Bantul, inilah yang kami kunjungi dalam acara care visit keesokan harinya.

Beberapa contoh produk dari mitra binaan Dompet Dhuafa
Menurut Mas Bambang, care visit yang rutin diselenggarakan ini merupakan cara Dompet Dhuafa membuka ruang untuk berinteraksi dan berkolaborasi di antara pihak yang terkait, baik di sisi grup pengunjung maupun di grup penerima donasi. Grup pengunjung ini bisa berisi para donatur Dompet Dhuafa, awak media, atau perwakilan korporat. Para donatur yang ingin tahu kemana penyaluran donasi yang mereka titipkan lewat Dompet Dhuafa, melalui care visit ini jadi bisa melihat langsung penggunaan donasi tersebut oleh pihak penerima donasi. Awak media baik media korporasi besar maupun media independen seperti blog, dibutuhkan untuk membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat luas mengenai berbagai kegiatan yang diselenggarakan Dompet Dhuafa, termasuk acara care visit ini. Sementara untuk korporat, yang diundang adalah perwakilan dari korporat yang berkaitan dengan aktivitas Dompet Dhuafa. Sebagai contoh, Dompet Dhuafa pernah mengundang karyawan Hypermart untuk mengikuti care visit, karena Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Hypermart dalam program penggalangan donasi melalui kasir Hypermart. 


BATIK BERKAH LESTARI

Di hari kedua dalam rangkaian acara social trip Dompet Dhuafa ini, agenda kami adalah mengunjungi kelompok batik tulis Berkah Lestari di Giriloyo, Imogiri, Bantul, yang merupakan kelompok pengrajin batik mitra binaan Dompet Dhuafa. Pagi itu, tepat pukul 10.00 rombongan kami berangkat dari titik kumpul di Hotel Neo+ Awana. Perjalanan menuju lokasi membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Peserta hari itu cukup banyak, karena selain rombongan teman-teman blogger dan jurnalis, juga ada rombongan Scarf Magazine yang diundang Dompet Dhuafa dalam care visit kali ini.

Akhirnya tiba di lokasi care visit

Workshop dan showroom Batik berkah Lestari

Begitu tiba di lokasi kami disambut oleh beberapa orang pendamping di kelompok batik tulis Berkah Lestari, yang salah satunya bernama Mbak Erni. Di sesi perkenalan, Mbak Erni bercerita tentang tradisi membatik yang dilakukan turun-temurun di Giriloyo. Pada zaman dahulu penduduk Giriloyo adalah para abdi dalem keraton Jogja. Oleh pihak keraton, para istri abdi dalem ini diajari keterampilan membatik dan akhirnya mereka menjadi pembatik keraton. Keterampilan membatik ini lalu diajarkan turun-temurun kepada anak-anak perempuan mereka. Hingga saat ini hal tersebut masih dilanjutkan. Maka tak heran kalau di kelompok batik tulis Berkah Lestari ini seluruh anggotanya adalah perempuan.

Mbak Erni, pendamping di kelompok batik Berkah Lestari

Di kelompok batik Berkah Lestari ini ada 8 orang pembatik halus yang sudah berusia lanjut. Sebutan 'pembatik halus' ditujukan bagi mereka yang terbiasa menggunakan canting kecil ketika membatik. Kain batik yang digambar menggunakan canting kecil akan terlihat lebih indah karena gambarnya lebih detil. Namun tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kain batik tersebut menjadi lebih lama. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi untuk menyelesaikannya. Regenerasi adalah masalah yang dihadapi para pembatik halus ini. Saat ini tidak banyak yang berminat meneruskan keahlian menjadi pembatik halus. Menurut Mbak Erni, memang pekerjaan membatik ini jika tidak dilakukan secara kontinyu, maka hasilnya tidak seberapa. Generasi muda Giriloyo saat ini banyak yang memilih pekerjaan di luar bidang batik karena secara ekonomi hal tersebut lebih menjanjikan. Sementara generasi tuanya masih menekuni membatik karena memang tidak ada lagi pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan dikarenakan faktor usia yang sudah lanjut.

Malam yang belum dicairkan. Bentuknya bongkahan seperti ini.

Saat itu ada dua orang pembatik berusia sepuh yang sedang membatik di workshop batik Berkah Lestari, dan satu orang lagi walau nampak sudah berumur tapi menurut perkiraan saya usianya belum setua kedua simbah yang duduk di dekatnya. Rupanya para anggota kelompok batik ini mendapat tugas piket seminggu sekali di sana. Jika tidak sedang piket, mereka membatik di rumah masing-masing. Sambil mengamati para simbah ini menorehkan canting di atas kain, saya mengobrol dengan mereka. Salah satu dari simbah ini bernama Mbah Saodah, usianya 75 tahun. Simbah ini belajar membatik sejak masih kecil, diajari oleh ibunya. Mbah Saodah dengan bangga bercerita bahwa di usianya yang sudah 75 tahun ini ia tidak menggunakan kacamata baik saat membatik maupun saat membaca Al-Quran. Spontan saya menengok sekeliling. Wah ternyata para mbah sepuh ini saat membatik memang tidak ada yang menggunakan kacamata lho.

Mbah Saodah, salah satu pembatik halus di Berkah Lestari

Simbah yang satu lagi bernama Mbah Temu, usianya 74 tahun. Sama seperti Mbah Saodah, Mbah Temu juga belajar membatik sejak kecil, sejak usia 10 tahun menurutnya. Ilmu membatik juga didapatnya dari sang ibu. Mbah Temu ini senang bercerita, juga suka tertawa. Saat tertawa, tawanya lepas sekali, memamerkan deretan giginya yang sudah tidak lengkap lagi. Sambil mengobrol, tangannya lincah menggerakkan canting di atas kain, menggambar motif Sekar Jagad. Ketika saya tanya apa motif kesukaannya, Mbah Temu menggeleng, lalu menjawab, "Simbah gambar batik (sesuai) pesanan saja. Yang itu, itu pesanan orang Jepang." Tangannya menunjuk selembar kain yang menggantung di dekatnya. Ah, saya penasaran. Masa lebih dari 60 tahun membatik, Mbah Temu nggak punya motif favorit, pikir saya. Saya mengulang kembali pertanyaan yang saya ajukan tadi. Kali ini Mbah Temu menjawab, "Simbah suka yang cepat selesai (pengerjaannya)." Kami berdua lalu tertawa. Saya menyerah, tidak bertanya lagi perihal motif kesukaan. Ternyata Mbah Temu memang tidak punya motif batik favorit. Haha.

Mbah Temu yang senang bercerita dan suka tertawa

Selain menyaksikan demo membatik dari para pembatik halus, peserta care visit kali ini juga diberi kesempatan praktek membatik di atas kain. Masing-masing dari kami mendapat sehelai kain  berukuran 40x40cm yang sudah diberi gambar menggunakan pensil, dan sebuah canting. Kami  duduk berkelompok mengelilingi wajan kecil berisi malam cair, lalu mulai menggoreskan canting di atas kain. Tentu saja dengan panduan dari para ibu pembatik yang menjadi pendamping di setiap kelompok. Para ibu ini menjelaskan cara menggunakan canting dan bagaimana memposisikan kain supaya malam menutup sempurna di atasnya. Buat orang yang tangannya tidak luwes seperti saya, pekerjaan membatik ini terasa agak sulit. Berkali-kali malam cair menetes di area kain yang seharusnya tidak tertutup malam. Setelah beberapa saat berjibaku dengan canting dan malam cair, akhirnya pekerjaan saya selesai. Tahap selanjutnya adalah mewarnai. Di tahap ini kami tidak mengerjakannya sendiri, namun dikerjakan oleh para ibu pembatik.

Buat saya, membatik itu tidak mudah :D

Sambil menunggu batik buatan kami selesai diwarnai, kami diajak mengunjungi homestay berarsitektur tradisional yang letaknya tidak jauh dari workshop batik Berkah Lestari. Homestay ini merupakan bagian dari ide mengemas wisata batik di Giriloyo supaya lebih menarik dan memberikan kesan medalam bagi pengunjung. Selain melihat langsung proses pembuatan batik dan praktek membuat batik, pengunjung juga ditawari untuk merasakan hidup sebagai masyarakat desa, yaitu dengan menginap di homestay ini dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Saat ini ide living like local ini masih dalam tahap pengembangan.

Bagian depan homestay

Ketika berada di homestay ini kami diajak bermain permainan tradisional. Kali ini peserta care visit terbagi menjadi dua kelompok, ada yang memilih bermain permainan tradisional, dan sebagian lainnya memilih langsung menyantap makan siang. Saya tentu masuk ke kelompok yang kedua, perut sudah keroncongan soalnya. Hahaha. Masakan tradisional khas pedesaan tersaji di meja makan. Ada sayur lodeh, sayur bening, tahu tempe bacem, telur dadar, dan juga ada makanan khas Bantul, yaitu mie lethek. Sambil menikmati makan siang, saya menonton teman-teman yang sedang bermain permainan tradisional. Ada permainan egrang bambu, egrang batok kelapa, sandal bakiak, dan juga permainan berkelompok untuk menguji kekompakan tim.

Menu makan siang ala kampung. Yummy!

Permainan menguji kekompakan tim

Setelah semua peserta care visit selesai makan siang, kami diajak berkreasi membuat karya dari bahan janur kelapa. Kali ini kami diajari membuat keris. Wah senangnya, saya bisa pamer nanti ke si Bocah kalau saya sudah bisa bikin keris dari janur :D Selesai membuat keris janur, kami kembali ke workshop Berkah Lestari. Batik kami rupanya sudah selesai diwarnai dan sedang digantung di jemuran untuk proses pengeringan. Punya saya ternyata diberi warna merah. Cantik juga batiknya setelah diberi warna begitu. Hasil karya kami ini tentu saja boleh dibawa pulang.

The three musketeer with their swords? Oh bukan, ini Mas Sidul, saya, dan Mas Aan lagi pamer keris buatan kami :)))

Batik karya kami yang sedang dijemur setelah diwarnai

Yang ini buatan saya. Lumayan ya buat pemula mah :D

Hari beranjak sore dan kami pun tiba di penghujung acara care visit ini. Tiba saatnya kami berpamitan pada para pendamping dan pembatik di workshop Berkah Lestari. Acara hari ini sungguh berkesan buat saya. Banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapatkan. Mulai dari pengetahuan tentang sejarah tradisi membatik di Giriloyo hingga pengalaman pertama menorehkan canting di atas kain. Jika dijadikan paket kunjungan wisata, menurut saya rangkaian kegiatan di Giriloyo ini sangat menarik. Semoga segala upaya masyarakat Giriloyo ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Giriloyo dan semakin banyak pihak yang mengapresiasi batik. Dengan semakin meningkatnya permintaan akan kain batik, diharapkan regenerasi keahlian membatik dapat terus berlanjut sehingga tradisi membatik yang sarat dengan makna filosofis itu akan selalu terjaga kelestariannya.


- arry -



Batik Berkah Lestari
Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul
Telp. 081328174522
www.batikberkahlestari.com



Link berita mengenai acara care visit ini di media online dan televisi :

1. Berita di Republika.
2. Tayangan liputan di Net TV.

You Might Also Like

2 komentar

  1. Makan siangnya itu enak banget. Belum puas tapi udah kenyang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak Lusi. Itu klo nggak malu sih pengennya dibungkus bawa pulang, mbak. Hahaha

      Hapus

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.