Kuliner Favorit di Jogja, Versi Turis vs Versi Saya


Ragam kuliner Jogja ada banyak macamnya. Di sini yang akan saya tulis hanya 3 macam kuliner saja ya : Gudeg, Bakpia, dan Bakmi Jowo. Soal rasa, tentu kembali ke individu masing-masing yang bisa jadi sangat berbeda satu sama lain. Yang saya bilang enak, belum tentu dibilang enak juga oleh orang lain. Hehe. Beda selera mah nggak apa-apa ya, yang penting wiskulnya jalan terus. Hahaha.

GUDEG

Versi turis. Gudeg Yu Djum, Gudeg Pawon, Gudeg Sagan. Tiga di antara tempat makan gudeg yang setahu saya terkenal di kalangan para turis.

Gudeg Yu Djum cabangnya banyak, tersebar di seantero Jogja. Gudeg Yu Djum ini dimiliki oleh 2 manajemen. Pembedanya, salahsatunya menggunakan kata 'pusat', sedangkan yang satunya tidak. Gudeg Yu Djum Pusat itu dimiliki oleh anak pertama Yu Djum beserta keturunannya, sedangkan yang tanpa kata 'pusat' itu dimiliki oleh anak-anak Yu Djum selain anak pertama.

Gudeg Pawon lokasinya di Warungboto, Umbulharjo, Jogja. Jam bukanya rada nyeleneh, yaitu jam 10 malam. Saya sebenarnya suka dengan rasa gudegnya, tapi kalau harus makan gudeg tengah malam, begah banget deh rasanya :D Kalau Gudeg Sagan letaknya di Jl.Prof Yohanes, atau terkenal dengan nama daerah Sagan. Parkir mobil agak susah kalau mau makan di situ.

Versi saya. Untuk gudeg, saya suka yang rasanya tidak terlalu manis. Gudeg sendiri ada 2 jenis, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Perbedaannya, gudeg basah cenderung gurih, sementara gudeg kering cenderung manis. Favorit saya adalah Gudeg Yu Djum dan Gudeg Bu Djuminten.

Gudeg Yu Djum (tanpa kata 'pusat') yang di Gg.Srikaton, Kocoran, Jl.Kaliurang km 4.5, di antara banyak cabangnya, yang di lokasi ini menurut kami paling enak. PakSu pernah makan siang di Gudeg Yu Djum di Wijilan tapi rasanya tidak seenak yang di Gg.Srikaton ini.

Gudeg Yu Djum yang yummmy!

Gudeg Bu Djuminten berlokasi di Jl.Asem Gede no 14 (dekat Pasar Kranggan), memang kurang terkenal di kalangan turis maupun supir mobil rental. Seorang kawan dari Jakarta waktu liburan ke Jogja minta supir rentalnya mengantar ke Bu Djuminten dan pak supirnya nggak tahu dimana itu Gudeg Bu Djuminten. Dengan nama yang mirip, pamornya sepertinya kalah dengan Gudeg Yu Djum.  Setahu saya, Gudeg Bu Djuminten ini tidak punya cabang alias cuma ada satu outlet di Jl.Asem Gede ini saja. Waktu kami belum ketemu dengan Gudeg Yu Djum di Gg.Srikaton, kami sering ke Gudeg Bu Djuminten kalau lagi pengen makan gudeg. Tapi sekarang jadi sering ke Gudeg Yu Djum karena lebih sering kelewatan jalurnya.

Selain dua gudeg di atas, ada satu lagi gudeg yang jadi favorit saya, hanya sayangnya lokasinya jauh banget dari rumah. Namanya gudeg manggar Bu Jumilan, lokasinya di Srandakan, Bantul. Saya biasanya makan di situ kalau lagi sepedaan dengan PakSu dan pas rutenya ke situ. Gudeg manggar ini enak dan unik kalau menurut saya. Kalau gudeg umumnya berbahan nangka muda, gudeg manggar ini terbuat dari manggar alias bunga kelapa. Daerah Srandakan memang dekat dengan pantai, tempat kelapa tumbuh alami, sehingga bahan bakunya tidaklah sulit.

Gudeg manggar. Yang warna coklat di sebelah telur itu manggarnya.


BAKPIA

Versi turis. Ada banyaaakkkk banget produsen bakpia di seantero Jogja ini, dan yang paling terkenal di kalangan turis saya rasa adalah sentra bakpia Pathuk. Di sana terkenal dengan bakpia berangka-angka, alias merknya menggunakan angka alih-alih nama. Bakpia 25 adalah salahsatu produsen bakpia yang terkenal di Pathuk.

Versi saya. Dari berbagai bakpia yang pernah saya cicip di Jogja, ada beberapa yang saya nilai memiliki rasa lebih. Tapi bakpia lainnya bukan berarti tidak enak, cuma biasa aja sih rasanya. Soalnya  memang mirip-mirip rasanya antara satu dan lainnya. Menurut seorang kawan yang cukup fasih dengan dunia perkulineran Jogja, banyak merek bakpia di Jogja yang sebenarnya tidak punya pabrik sendiri. Jadi, ada produsen bakpia yang fokus di produksi, lalu dia menawarkan produknya untuk dipasarkan pihak lain dengan aneka merek. Pantesan ya banyak yang rasanya mirip. Mungkin ya memang produknya sama, cuma bungkusnya (mereknya) saja yang berbeda :D

(Sumber foto : nyomot dari Google)
Seiring dengan berkembangnya selera konsumen, bakpia zaman now pun hadir dengan aneka rasa. Selain rasa-rasa seperti rasa coklat, keju, durian, dkk, yang sudah lama hadir, sekarang bisa ditemui bakpia dengan rasa green tea, ubi ungu, dan ada juga yang menambahkan abon sebagai isiannya. Kalau ditanya suka yang mana, saya sih sukanya yang klasik alias original alias rasa kacang hijau. Selera saya kekunoan ya, nggak kekinian. Haha.

(Sumber foto : nyomot dari Google)
Jadi, bakpia mana yang jadi favorit saya? Untuk yang rasa kacang hijau, saya merekomendasikan Bakpia Kencana, Citra, dan Pia Pia. Selain itu, saya juga suka rasa ubi ungu Bakpia 25 Premium. Merek bakpia yang saya sebutkan di sini kualitasnya premium, jadi jangan aneh ya kalau harganya juga di atas rata-rata. Tapi soal rasa menurut saya sebanding banget, jadi nggak rugi lah bayar lebih mahal ;)

BAKMI JOWO

Versi turis. Bakmi Jowo, makanan yang juga hampir ada di seantero Jogja. Mulai kelasan gerobak dorong sampai masuk dalam menu resto. Di kalangan turis, yang terkenal dan selalu ramai dikunjungi diantaranya adalah Bakmi Pele dan Bakmi Kadin.

Versi saya. Dua warung bakmi jowo yang saya sebutkan di atas, Bakmi Kadin dan Bakmi Pele, saya suka dengan rasanya. Jika berkunjung ke dua warung bakmi ini, bersiaplah dengan antrian panjangnya, apalagi saat musim liburan panjang atau saat long weekend. Rekor kami mengantri di Bakmi Kadin adalah 1.5 jam dan di Bakmi Pele kami pernah antri 2 jam! Padahal makan bakminya sendiri cuma 10 menit doang. Hahaha. Luar biasa memang peminat bakmi yang dimasak di atas anglo menggunakan bahan bakar arang ini. Makanya saya dan si Paksu cuma mau makan bakmi di situ jika dan hanya jika ada teman dari luar kota yang datang ke Jogja dan ingin makan bakmi jowo.

Sekedar info, bakmi jowo di seberangnya Bakmi Kadin itu juga enak. Pemiliknya konon masih kerabat dari pemilik Bakmi Kadin. Saya nyicip bakmi seberang Kadin ini (duh, saya lupa namanya) secara tidak sengaja. Waktu itu berhubung antrian di Bakmi Kadin demikian lamanya sementara kawan yang kami tunggu belum datang juga, padahal saya dan Si Bocah sudah kelaparan, akhirnya kami berdua melipir pesan bakmi dari warung di seberang Kadin. Rasanya ternyata enak juga. Dan waktu itu terlihat banyak orang yang makan di situ, rupanya sama-sama karena alasan ngantri lama di Bakmi Kadin jadi melipir ke situ :D

Bakmi Pele yang berlokasi di Alun-Alun Utara Jogja itu juga ngantrinya super banget deh. Kalau malas dengan antriannya, alternatif lain bisa berkunjung ke cabangnya yang ada di Jl.Godean km 7. Di cabangnya ini relatif bebas antri. Untuk rasa, di lidah saya sih nggak ada bedanya dengan yang di Alun-Alun Utara. Selain bebas antri, kelebihan lain Bakmi Pele di cabang Godean ini adalah porsinya yang lebih banyak.

Berhubung letak kedua warung bakmi ngetop ini cukup jauh dari rumah, kalau sedang pengen makan bakmi jowo kami biasanya memilih yang dekat-dekat saja. Ada tiga warung bakmi jowo yang letaknya cukup dekat dari rumah dan cukup sering kami kunjungi, yaitu Bakmi Pak Par di Jl.Nusa Indah Condongcatur, Bakmi Pak Anggoro Kliwon di Terminal Condongcatur, dan satu lagi warung bakmi jowo tanpa nama di Jl.Sambirejo Raya Minomartani. Di ketiga warung bakmi ini cara memasaknya juga pakai anglo plus arang.

Dari ketiga warung bakmi ini, yang saya paling suka rasanya adalah bakmi yang di warung tanpa nama di Jl.Sambirejo Raya. Pemilik warung ini adalah dua orang ibu yang sudah agak tua usianya. Satu orang ibu bertugas memasak bakmi, sedangkan ibu yang satunya membuat minuman. Warung bakmi ini buka mulai jam 18.00. Kalau ke sini saya sarankan sedekat mungkin dengan jam bukanya, supaya tidak lama menunggu pesanan bakmi kita matang. Di sini bakminya dimasak satu persatu tiap porsinya, jadi tentunya memakan waktu agak lama kalau warungnya sedang ramai pembeli. Lucunya, kadang di warung ini terlihat sedikit pengunjung tapi kita harus menunggu agak lama. Ternyata banyak orang yang memesan bungkus dan tidak menunggu di tempat. Mereka akan datang lagi saat bakminya hampir matang. Selain bakmi godoknya, menu yang kami suka di warung ini adalah nasi goreng. Saya suka nasgornya karena terlihat kering alias tidak berminyak jadi rasanya nggak eneg. Lokasi warung bakmi ini sebenarnya mudah dicapai, namun karena tidak ada namanya, jadi agak menyulitkan buat yang pertama kali ke situ. Lokasinya tidak jauh dari RS Condongcatur, sekitar 300an meter. Dari RSCC ambil jalan ke arah barat sampai pertigaan lalu belok kanan ke Jl.Gempol Raya. Jalan lurus terus ke arah utara saja sampai ada pertigaan, di mana jalan selanjutnya bernama Jl.Sambirejo Raya. Masih terus ke arah utara tidak jauh dari pertigaan tersebut, warung bakminya ada di kiri jalan, di seberang tempat fotokopi. Kalau di Googlemaps lokasinya kira-kira di sini.

Warung Bakmi Pak Par berlokasi di Jl.Nusa Indah, sekitar 200an meter dari Pasar Condongcatur, ke arah utara. Warung bakmi ini juga buka di Jl.Kaliurang km 13. Tapi saya belum pernah coba yang di Jl.Kaliurang, jadi nggak tahu rasanya sama atau tidak. Bakmi Pak Par di Nusa Indah buka mulai jam 17.00. Saat jam makan malam pengunjungnya cukup ramai, namun pelayanan di tempat ini cukup cepat. Saya hampir tidak pernah menunggu terlalu lama saat makan di tempat ini.

Bakmi Pak Par juga dimasak di atas anglo

Bakmi godok Pak Par

Warung Bakmi Pak Anggoro Kliwon berlokasi persis di samping Terminal Condongcatur. Kalau dulu, di dekat warung bakmi ini ada angkringan yang bisa dipesan minumannya untuk dinikmati bersama bakmi. Saya dan si PakSu suka pesan susu jahe hangat dari angkringan itu. Sayangnya, sejak beberapa bulan yang lalu angkringan tersebut tutup. Jadi sekarang kalau makan bakmi di situ kami tidak bisa menikmati susu jahenya lagi.

Warung bakmi Pak Anggoro Kliwon ini buka mulai jam 17.00 dan hampir selalu ramai dikunjungi pelanggan setiap harinya. Untungnya pelayanannya pun cukup cepat, jadi kita tidak perlu menunggu pesanan kita terlalu lama. Di warung bakmi ini tersedia menu Magelangan, padahal di bagian depan warung tertulis "Bakmi Jowo Semarangan Pak Anggoro Kliwon". Nah lho, bingung nggak tuh, warung bakmi Semarangan kok menjual menu Magelangan. Hahaha. Jadi gini, Magelangan itu adalah nama makanan berupa nasi goreng yang diberi sedikit campuran mie. Saya nggak tahu apakah makanan ini aslinya dari Magelang atau bukan. Yang jelas, di Jogja menu ini banyak dijual di warung bakmi dan di warung burjo alias warmindo (WARung Makan INDOmie).

Jadi, gimana? Sudah merasa tertarik untuk nyicip kuliner favorit di Jogja? Liburan berikutnya, ayo dolan ke Jogja!

- arry -



Gudeg Yu Djum
Gang Srikaton, Kocoran, Jl.Kaliurang km 4.5, Yogyakarta.

Gudeg Bu Djuminten
Jl.Asem Gede no 14, Jetis, Yogyakarta.

Gudeg Manggar Bu Jumilan
Jl.Srandakan km 8, Mangiran, Srandakan, Bantul.

Bakpia Kencana
Wisata Oleh-oleh Ambar Ketawang, Jl.Wates km 6, Gamping, Yogyakarta.

Bakpia Citra
Jl. Cempaka (dekat penerbit Kanisius), Deresan, Sleman.

Pia Pia
Jl.Kaliurang km 5 blok E no 38 A

Bakmi Pele
Jl.Pojok Tenggara Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
Jl.Godean km 7, Bantulan, Yogyakarta.

Bakmi Kadin
Jl.Bintaran Kulon Senopati no 6, Mergangsan, Yogyakarta.

Bakmi Jowo Sambirejo
Jl.Sambirejo Raya no 27, Minomartani, Sleman.

Bakmi Jowo Pak Par
Jl.Nusa Indah no 44, Condongcatur, Sleman.
Jl.Kaliurang km 13, Ngaglik, Sleman.

Bakmi Jowo Semarangan Pak Anggoro Kliwon
Terminal Condongcatur, Sleman.

You Might Also Like

0 komentar

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.