Saung Angklung Udjo : Pertunjukan 2 Jam yang Mempesona (Bagian 2)


(Tulisan ini adalah kelanjutan dari cerita tentang Saung Angklung Udjo bagian 1 yang saya tulis sebelumnya).

Tepat pukul 15.30 pertunjukan pun dimulai. MC menyapa para penonton dalam berbagai bahasa karena ternyata selain wisatawan domestik seperti kami, saat itu ada rombongan wisatawan dari Malaysia, pasangan dari Jepang, dan beberapa orang turis Korea. MC memandu jalannya pertunjukan dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 

Wayang Golek
Pertunjukan diawali dengan penampilan wayang golek oleh Ki Dalang. Wayang golek yang dimainkan kali ini berupa cuplikan saja selama sekitar 10 menit untuk memperlihatkan bagaimana wayang bergerak, berbicara, dan berkelahi. Pertunjukan wayang golek aslinya memerlukan waktu berjam-jam bahkan semalam suntuk. 

Orang Sunda terkenal sebagai masyarakat yang senang bercanda. Begitu pula dalam pertunjukan wayang golek kali ini. Ki Dalang menyisipkan humor-humor yang mampu membuat penonton tertawa. Salah satunya saat Cepot (nama salah satu tokoh wayang) mengeluarkan jurus Kungfu Solihin (plesetan dari Saolin), penonton pun terpingkal-pingkal melihat ulah Si Cepot.

Dalam rangkaian pertunjukan ini ditampilkan aneka kesenian Sunda. Selain angklung dan wayang golek, penonton juga diajak menyaksikan helaran, arumba, dan tari topeng.

Helaran
Helaran biasa dimainkan saat ada acara khitanan. Anak yang dikhitan didudukkan di sebuah kursi dan diusung keliling kampung, diikuti oleh arak-arakan pawai yang menampilkan aneka kesenian Sunda. Ibaratnya jadi raja sehari. Tujuannya untuk menghibur si anak agar lupa pada rasa sakitnya. 


Jadi raja sehari dalam pagelaran Helaran

Arumba
Arumba adalah singkatan dari alunan rumpun bambu. Menurut penjelasan MC, arumba bisa dipakai untuk memainkan aneka jenis musik mulai dari pop, jazz, hingga dangdut. Dan di sepanjang pertunjukan angklung ini pun arumba dimainkan untuk mengiringi para pemain angklung.

Tari Topeng
Dua orang penari berbaju merah memasuki area panggung dan mereka akan menari Tari Topeng. Menurut mbak MC, Tari Topeng memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Pertama, topeng yang dikenakan penari di tengah-tengah tarian itu tidak memiliki tali untuk dikaitkan di belakang kepala seperti topeng pada umumnya. Lalu bagaimana supaya topeng tidak jatuh saat dikenakan? Ternyata di bagian belakang mulut topeng ada semacam tonjolan yang harus digigit si penari agar topeng tidak jatuh saat ia menari. Kesulitan kedua, di bagian mata topeng hanya ada lubang kecil untuk si penari melihat keluar. Dengan lubang sekecil itu ia harus menyesuaikan gerak langkah kakinya selama menari. Dan hal tersulit dalam Tari Topeng ini adalah dua karakter yang digambarkan dalam tarian ini, dimana saat belum memakai topeng si penari harus bergerak lemah gemulai sedangkan saat topeng sudah dikenakan, ia harus bergerak lincah dan dinamis. Topeng merah yang dikenakan penari ini merupakan perwujudan Rahwana, seorang raksasa jahat dalam cerita wayang.


Tari Topeng yang dinamis
Lagu Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan mengiringi penari Tari Kipas Pakarena
Lagu Si Jali-Jali dari Betawi mengiringi para penari Yapong beraksi
Beberapa anak laki-laki berkostum Papua menari diiringi alunan angklung yang memainkan lagu Apuse
Selfie dulu ah dengan angklung kami :D
Hebatnya anak-anak ini, satu orang bisa memegang sampai tujuh angklung


Pagelaran Angklung Nusantara
Sekelompok anak kecil memasuki area panggung sambil membawa angklung-angklung kecil. Mereka hendak bernyanyi sambil bermain angklung. MC mengajak penonton untuk bernyanyi bersama, sebuah lagu sederhana berjudul Melati Kenanga. Lagu ini rupanya ada dalam berbagai bahasa. Mbak MC mengajak kami menyanyi dalam bahasa masing-masing, sementara anak-anak di panggung menyanyikan versi bahasa Sunda, Boneka Abdi. Untuk yang tidak hapal liriknya kayak saya, jangan khawatir karena di kertas sinopsis ada teks lagu Melati Kenanga. Kami menyanyi sambil menggoyangkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Lumayan bikin hangat tubuh di tengah udara Bandung yang mulai dingin saat sore menjelang malam.

Setelah acara menyanyi bersama, kami disuguhi pertunjukan angklung nusantara. Anak-anak Saung Angklung Udjo (SAU) memainkan lagu-lagu daerah dari beberapa provinsi di Indonesia, sementara beberapa anak menari berbagai tarian daerah yang disesuaikan dengan lagu daerahnya. Ah sungguh bangga melihat betapa kayanya kebudayaan nusantara kita.


Beberapa lagu daerah saya hapal dengan baik liriknya. Tanpa sadar saya pun ikut bernyanyi. Saya tidak menghitung ada berapa lagu daerah yang dimainkan anak-anak tersebut, tapi menurut MC mereka memainkan lagu-lagu daerah dari 17 provinsi di Indonesia secara medley. 


Bermain Angklung Bersama
Lalu tiba lah sesi bermain angklung bersama, yang menurut saya merupakan puncak acara. Seluruh penonton dipersilakan memegang 1 buah angklung yang akan dimainkan bersama-sama. Belum pernah bermain angklung sebelumnya? Tenang.......sang dirigen akan mengajarkan caranya. Tangan kiri bertugas memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggoyangkan angklung. "Ingat ya, yang digoyangkan itu angklungnya saja, bukan badan orangnya," kata dirigen mengingatkan dan disambut tawa para penonton karena merasa barusan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Hahaha.


Dirigen menyuruh kami menggoyangkan angklung dalam 3 tempo : pendek, panjang, dan panjang sekali. Di setiap angklung yang kami pegang tertera stiker bertuliskan angka. Angklung yang saya pegang diberi nomor 2, artinya itu angklung nada Re. Dirigen memberi tanda dengan tangannya untuk setiap nada Do, Re, Mi, dst. Kita tinggal melihat kode tangan dirigen untuk nada angklung kita. Di sini diperlukan konsentrasi karena jika tanda dari dirigen terlewat, nada angklung kita jadi tidak terdengar. Sungguh seru bermain angklung seperti ini. Tidak terasa sudah bermacam-macam lagu kami mainkan. Dari lagu sederhana seperti Balonku, lalu beberapa lagu pop Indonesia seperti lagu Bunda dari Melly Goeslaw dan lagu dari Dewa (saya lupa judulnya. Hehe.), juga beberapa lagu barat seperti Que Sera Sera dan We are The World. Sang dirigen, Kang Yayan Udjo, bercerita bahwa beberapa lagu yang barusan kami mainkan itu juga dimainkan saat SAU memecahkan rekor dunia bermain angklung dengan peserta terbanyak pada tahun 2013 di China. Oh ya, dirigen kami sore itu adalah seorang yang istimewa di dunia angklung. Yayan Udjo adalah putra kandung Udjo Ngalagena, sang pelopor dan pendiri Saung Angklung Udjo. 

Angklung Orkestra
Di penghujung acara kami disuguhi permainan angklung dari siswa-siswa senior SAU. Mereka mempertunjukkan kebolehan bermain angklung dalam jumlah banyak, dimana 1 orang pemain memegang 7 angklung sekaligus. Menurut saya anak-anak ini hebat sekali bisa memainkan angklung sebanyak itu sekaligus. Saat SMA saya tergabung dalam ekskul angklung di sekolah. Waktu itu paling banyak saya hanya memegang 3 buah angklung. Bukan apa-apa, saya kesulitan kalau harus menghapal banyak nada. Hehehe. 1 angklung mewakili 1 nada, berarti dalam 7 angklung ada 7 nada yang harus dihapalkan dalam setiap lagu. Dan karena angklung adalah permainan berkelompok, maka harmoni nada pun perlu diperhatikan. Ya, memang sebenarnya bermain angklung yang benar itu tidaklah mudah. Tim angklung sekolah saya butuh latihan berbulan-bulan   sebelum bisa pentas.

Bermain Permainan Tradisional
Sebagai acara penutup sore itu anak-anak SAU mengajak dan menjemput penonton dari bangkunya untuk bernyanyi dan memainkan permainan tradisional Sunda. Penonton bergabung membaur menjadi satu di area panggung. Sungguh sebuah penutup yang manis dan berkesan.

Awalnya saya mengira akan merasa bosan menonton pertunjukan dua jam ini. Ternyata yang saya rasakan malah sebaliknya, saya sangat suka dengan pertujukan di SAU ini dan ingin kembali lagi ke sana jika ada kesempatan.


Bernyanyi dan bermain permainan tradisional bersama

Pileuleuyan.....paturay patepang deui.
Selamat tinggal dan sampai berjumpa lagi.


- arry -


Saung Angklung Udjo
Jl. Padasuka 118, Bandung, Jawa Barat
Telp. 022-7271714, 022-7101736
Website : www.angklung-udjo.co.id
Email : info@angklung-udjo.co.id
          
 
 

You Might Also Like

2 komentar

  1. Keren tulisannya. Sebelumnya ga pernah berminat, setelah membaca jadi pingin ngajak anak anak. Good job...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.
      Seru emang ngajak anak-anak main angklung begini. Jadi nambah pengetahuan anak-anak tentang kesenian Indonesia lewat wisata budaya seperti ini.

      Hapus

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.