Diari Jajanan Bandung Di Penghujung Tahun



Akhir tahun 2017 lalu kami kembali berlibur ke Bandung. Agenda utamanya sih tetep ya, nengokin kakek neneknya si Bocah. Berlibur adalah bonusnya. Hehe. Bandung memang terkenal dengan wisata kulinernya, dan makin ke sini makin banyak tempat-tempat makan baru yang bermunculan. Sampe baru nyadar kalau di seputaran Jl.Banda sekarang sudah hampir tidak ada bangunan rumah yang berfungsi sebagai rumah tinggal. Hampir semua sudah beralih fungsi jadi tempat usaha. Padahal dulu waktu saya masih sekolah dan kuliah di Bandung, area Jl.Banda dan sekitarnya itu adalah rumah-rumah tinggal berarsitektur Belanda. Asyik sekali kalau kita jalan kaki di area itu. Selain mata dimanjakan dengan pemandangan rumah model tempo dulu, jalanannya pun adem karena banyak pohon besar nan rindang.

Wisata kuliner selalu mendampingi kami saat mengunjungi suatu daerah. Liburan ke Bandung kali ini pun kami melakukan penjelajahan kuliner. Beberapa ada yang sudah pernah dicoba sebelumnya, seperti surabi Ma Euceung, dan ada juga yang belum pernah kami coba seperti Sejiwa Coffee. Dan ada juga kuliner nostalgia buat saya dan PakSu, yaitu lomie Imam Bonjol.


KEMBANG TAHU JALAN GEMPOL


Saya lupa, mungkin di zaman dahulu kala saya pernah ke Jl.Gempol ini. Atau dulu juga saya dibelikan makanan dibungkus ya. Rasanya sih saya juga pernah mencicip kupat tahu Jl.Gempol yang terkenal itu. Untuk si kembang tahu ini, adik ipar saya yang membelikannya, dibungkus dan dibawa pulang. Di Jogja nama makanan ini adalah wedang tahu, yang pernah saya coba di seberang Gudeg Bu Djuminten di Jl.Asem Gede.

Penampakan si kembang tahu. Mirip kayak bubur sumsum :D

Kembang tahu Jl.Gempol dijual dengan harga Rp.8.000 perporsi. Porsinya cukup banyak, tapi ya emang nggak terlalu kenyang sih kalau makan ini. Hehe. Teksturnya lembut banget, tidak perlu dikunyah sudah bisa langsung ditelan. Rasa jahe di kuahnya begitu kuat, bikin hangat tenggorokan ketika disantap. Satu hal yang saya suka, saat ditelan si kembang tahu ini nggak seret di tenggorokan.


SURABI MA EUCEUNG


Si surabi favorit ini sudah pernah saya tulis di satu postingan tersendiri. Kalau mau ngintip, ada di sini ya ;) Rasa surabi oncom buatan si Udin ini masih sama enaknya dengan waktu setahun lalu saya pertama kali makan. Harganya juga masih sama, dan yang bikin juga masih sama. Cuma kali ini Teh Teti lagi nggak 'dinas'. Kata Udin sih lagi piknik :D

Surabi oncom cocol kinca. Yummy....!


BUBUR AYAM H.AMID


Kalau di Bandung sih bubur ayam banyak yang enak. Bubur H.Amid ini salah satu favorit kami selain bubur Mang Oyo dan bubur Pak Zaenal. Bubur H.Amid ini punya dua konter, pusatnya di Jl.Pajajaran dan  cabangnya ada di Jl.Surya Sumantri. Yang kami kunjungi ini adalah yang di Jl.Surya Sumantri karena lebih dekat jaraknya dari rumah mertua di Sarijadi. Lokasi bubur ayam ini di dekat Universitas Maranatha, di seberang persis halte bus Trans Metro Bandung. Kami biasanya jalan kaki kalau ke sini. Pagi-pagi sekalian olahraga. Jaraknya memang tidak terlalu dekat dari rumah, jadi lumayan berkeringat kalau jalan kaki sampai ke sini.

Bubur ayam telur porsi setengah

Ada beberapa varian bubur ayam di sini, yaitu bubur ayam biasa, bubur ayam telur, bubur ayam ati ampela, dan bubur ayam komplit. Porsinya ada dua macam, porsi full dan porsi setengah. Kalau saya sih sudah pasti pesan yang porsi setengah, lha wong setengah aja isinya banyak banget :D Segelas teh hangat tawar disajikan bersama dengan bubur. Tehnya gratis. Kalau pengen minum minuman lain, di sini juga ada. Tapi nggak gratis ya kalau selain teh tawar :D

Daftar harga bubur ayam H.Amid

Yang saya suka dari bubur ini adalah teksturnya yang kental padat, jadi bikin perut kenyang lebih lama. Beda banget dengan bubur ayam yang banyak dijual di Jogja, teksturnya encer. Kurang nendang sih kalau buat saya bubur model encer begitu :D Bubur H.Amid ini topping isiannya banyak. Selain suwiran ayam, bawang goreng, dan seledri, taburannya juga dilengkapi irisan cakwe. Kalau di Jogja rata-rata buburnya tidak pakai cakwe.


LOMIE IMAM BONJOL


Atau sering juga disebut lomie Lavie karena dulu jualannya persis di seberang Lavie Baby Shop di Jl.Imam Bonjol. Saya lupa sejak tahun berapa pedagang-pedagang kaki lima di depan Lavie ini pindah ke satu area jadi semacam foodcourt. Lokasinya tidak jauh dari Lavie, hanya beberapa puluh meter saja. Selain lomie, banyak makanan lain dijual di sini. Ada siomay yang juga favorit saya. Tapi kali ini saya lagi ngeces berat pengen makan lomie. Gara-gara tahun lalu waktu kami ke Bandung nggak kesampean makan ini karena area Dago lagi puncak-puncaknya macet akibat perbaikan trotoar.


Lomie ini beda dengan aneka jenis mie kuah lainnya, karena kuahnya kental dan cita rasanya gurih manis. Selain bakso, di dalam semangkuk lomie ini ada taburan daging ayam, kangkung dan potongan cumi asin. Enaknya disantap selagi hangat. Gurih dan asin dari potongan cumi begitu terasa saat lomie disantap. Potongan daun dan batang kangkung terasa renyah saat digigit. Seporsi lomie Imam Bonjol ini dibanderol Rp.25.000. Porsinya cukup besar, buat saya sih kenyang banget. Varian mie lainnya di warung mie ini juga dibanderol dengan harga sama.




SEJIWA COFFEE


Kami mampir ke coffee shop ini atas anjuran adik ipar saya. Katanya es kopinya enak, disertai pesan, "Buruan ke sana sebelum ntar jadi rame banget gara-gara kemaren didatengin Jokowi" :D Yowis, mumpung waktu itu ada keperluan di area dekat Jl.Progo, jadilah siang itu kami mampir ke Sejiwa Coffee.



Suasana di Sejiwa Coffee hari itu terlihat ramai. Rupanya ada beberapa pasangan suami istri yang mengajak anak-anak mereka ke sini. Anak-anak kecil mungkin usia TK. Jadi gaduh sekali mereka berlari-lari dan berteriak. Kondisi ini agak mengejutkan saya karena selama ini kalau ke coffee shop di Jogja saya tidak pernah menemukan suasana gaduh dengan suara dan teriakan anak kecil. Di Jogja saya hampir tidak pernah melihat ada anak kecil masuk coffee shop. Kebanyakan pengunjung coffee shop di Jogja adalah mahasiswa dan pekerja kantoran. Ya pokoknya isinya orang dewasa lah. Suasana gaduh seperti ini jujur saja bikin kami ilfil dan akhirnya tidak betah berlama-lama di sana :D Bukan karena saya tidak suka anak kecil lho ya, karena saya juga kan punya anak. Tapi siang itu saya dan si PakSu lagi pengen ngopi santai yang bebas hiruk pikuk.





Di Sejiwa Coffe kami memesan dua dari empat menu yang dipesan Jokowi. Di daftar menu sudah dicantumkan keempat menu tersebut. Saya pilih Es Kopi Jiwa dan si PakSu memesan Filter Coffee. Dan kami membawa pulang dua botol Cold White. Sayangnya saya lupa Cold White ini apaan ya, padahal si mbaknya udah nerangin sih. Yang saya ingat, kopinya itu adalah cold brew. Tapi embel-embel white-nya itu untuk menunjukkan apa, saya lupa :D

Seragam baristanya ala petugas lab gitu :D

Katanya di meja kursi inilah  Jokowi duduk waktu berkunjung ke sini

Ditulis di buku menu :D

Filter kopi pesanan PakSu yang disajikan di wadah botol ala di laboratorium

Es Kopi Jiwa pesanan saya

Cold White buat dibawa pulang

Kalau rasanya bagaimana? Saya sih suka ya dengan Es Kopi Jiwa-nya, Cold White-nya juga. Tapi jangan suruh menggambarkan rasanya ya. Lidah saya belum sampai di level bisa merasakan ada taste apa di dalam kopi yang saya minum :D Buat saya, makanan dan juga minuman itu cuma ada 2 macam rasa : enak dan lebih enak. Jadi misalnya gini, kalau di tempat A rasa makanan/minumannya enak, di tempat B rasanya lebih enak. Udah, gitu doang. Hahaha. Nggak jarang saya datang ke sebuah coffee shop karena alasan suka dengan interiornya, suasananya, atau simpel karena lagi pengen nyium aroma kopi yang berasal dari mesin pembuat kopinya. Iya, sesimpel itu.


- arry -


Kembang Tahu
Jl Gempol, Bandung.
Harga : Rp.8.000

Surabi Ma Euceung
Jl. Setrasari Kulon V, Bandung
Jam buka : 06.00 - 09.00 (hari Jumat libur)
Harga : mulai Rp.3.000

Bubur Ayam H. Amid
Jl. Surya Sumantri (seberang Univ. Maranatha), Bandung
Jam buka : 06.30 - 17.30
Harga : mulai Rp.10.000

Sejiwa Coffee
Jl. Progo no 15, Bandung
Jam buka : 07.00 - 23.00
Harga :
- Filter Coffee (local beans) Rp.29.000
- Es Kopi Jiwa Rp.29.000
- Cold White Rp.39.000


You Might Also Like

26 komentar

  1. Your writing became my inspiration to find new food haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hunting jajanan itu kegiatan sangat menyenangkan yang perlu dilestarikan, mas. Hahaha.

      Hapus
  2. surabiiii, aku padamuuu

    saya tuh ga pernah bosan sama yg namanya surabi...selalu suka

    kalo di kampung saya, surabi polos dimakan sama gorengan..enak buat sarapan pagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Surabi + gorengan mah namanya dobel karbo ya mbak. Hihi

      Hapus
  3. Memang aku adalah orang bandung yg paling kudet, semua tempat diatas blm pernah aku datengin hahahha, cuman sekitaran rumah aja jajannya, suka males yg jauh2 karena bandung sekarang macet saat wiken XD paling sekitaran bakso cipaganti, oyen, sekitar situ lah, ngga gaul pisan pokoknya aku mah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun mengakui mbak, kalo Bandung itu macetnya udah di level nyebelin banget dan bikin males keluar rumah. Aku bisa berkunjung ke tempat-tempat kuliner itu juga setelah berstatus turis di Bandung mbak. Hahaha. DUlu waktu masih tinggal di Bandung ya males juga halan-halan menembus macet :D

      Hapus
  4. Ku penasaran sama Sejiwa Coffee ini, banyak banget yang rekomenin kalau ke Bandung.
    Jadi pengen kulineran di Bandung nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejiwa terkenal karena udah pernah didatengin Jokowi aja, mbak. Hehe. Kopi susunya enak sih, tapi ya nggak jauh beda dgn kopi-kopi di coffee shop lain pada umumnya. Cuuusss mbak.....liburan ke Bandung lagi, trus puas-puasin kulineran di sana :D

      Hapus
  5. Aku br nyobain surabi omcom sama sejiwa coffee. Duh itu surabi rasanya enak bangeettt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Bandung lagi mbak, banya banget kulinernya yg enak-enak. Lupakan timbangan lah pokoknya kalo wiskul di Bandung mah. Hahaha

      Hapus
  6. Lha kok semuanya kesukaan saya ya. Perlu dicatet nih referensi tempat kulinernya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss mbak. Kuliner Bandung emang enak-enak sih. Hihi

      Hapus
  7. Lomie..enak banget ni kayaknya mba. Apalagi dimakan di bandung dengan cuacanya yang dingin. Postinganmu membuat aku lapar mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyesss....lomienya emang juara mbak. Dan sedihnya di Jogja belum nemu lomie seenak itu. Huhuhu

      Hapus
  8. Dari semuanya aku pilih bubur ayam ma lomie mba. Buatku bubur ayam Bandung juaraa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bubur Bandung mah kentel mbak, makan seporsi aja udah kenyang. Kalo bubur Jogja, aduh encer banget. Nggak nendang.

      Hapus
  9. Mau buryam & lomie-nya maaak.. iya bener buryam di jogja bikin prihatin semua, isinya cuma kuah sama krupuk huhuhuu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Abis makan bubur di Bandung, trus pulang ke Jogja makan bubur, jadi pingin nangis, mbak Yo. Hiks.

      Hapus
  10. Surabi haneut enak nyaaa
    Btw aku baru tahu sm lomiee
    Keliatannya memang kuahnga kental gt yaaa
    Hmmm dingin dingin ngelomie enak mereun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumuhun mbak, raos pisan pas tariris teh ngelomie :D

      Hapus
  11. Tertarik bubur ayamnya. Kalau kopi, saya jarang mau masuk ke tempatnya. Bikin sendiri di rumah juga bisa, hihi. Yah walau rasanya biasa sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kalau bikin kopi di rumah cuma kopi tubruk doang mbak. Hihi

      Hapus
  12. Aih, ti Bandung nya ceu, tiyasa Sunda atuh..abdi oge ti Subang, emih..hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumuhun bu sisri, abdi mah ti Bandung. Janten USA atuh nya urang teh, Urang Sunda Asli. *heloooowww....piye kabare pak sosro yak. Bahahaha

      Hapus
  13. Aku ngiler mau Surabi Oncom
    Di Surabaya entah bisa dapat dimana makanan kayak gini 😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kudu ke Bandung, mbak. Haha. Sama sih, di Jogja juga gak ada surabi oncom model di Bandung itu.

      Hapus

Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)

Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.